Arti lafaz haram ialah sesuatu yang dilindungi dan dibela seseorang. la juga barerti sesuatu yang tidak boleh dinodai kemuliaan dan ke hormatannya. Kota Makkah dan sekitarnya juga dinamakan dengan haram yang bermakna kota itu tidak boleh dinodai kemuliaan dan kehormatannya.
Dalam Al Qur’an, lafaz ini disebut dua kali saja yaitu dalam surah:
- Al Qahsash [28:57];
- Al Ankabut [29:67].
Dalam kedua ayat ini, lafaz haram selalu diikuti dengan lafaz aamina sehingga menjadi haraman aamina yang berarti Tanah Haram atau Tanah Suci yang aman.
Yang dimaksudkan dengan Tanah Haram dalam ayat itu adalah kota Makkah dan sekitarnya. Tanah itu disucikan oleh Allah sejak diciptakan bumi sampai hari kiamat nanti. Rasulullah berkata, “Sesungguhnya negeri ini adalah negeri yang Allah jadikan kawasan haram sejak Allah menjadikan langit dan bumi. la akan tetap menjadi Tanah Haram dengan perintah Allah sehinggalah hari kiamat.”

Dikisahkan, Malaikat Jibril memberitahu Nabi Ibrahim tentang batas-batas tanah suci dan menyuruhnya menandainya dengan meletakkan batu sehingga Nabi Ibrahim disebut sebagai orang pertama yang menandai batas-batas kawasan suci Makkah yaitu batas yang memisahkan antara daerah yang suci (Tanah Haram) dengan yang lainnya. Setelah pembebasan Makkah (Fathul Makkah), Rasulullah mengutus Tamim bin Asad Al Khuza’al untuk memperbaiki dan memperbaharui tanda-tanda itu, kemudian diteruskan oleh para khalifah sesudahnya sehingga tanda-tanda batas Tanah Suci itu mencapai 943 buah yang diletakkan di atas gunung, bukit maupun lembah.
Panjang kawasan tanah suci Makkah ialah 127 km dan luasnya lebih kurang 550 km persegi.
Ketika menafsirkan surah Al Ankabut [29:67], Imam Al Alusi berkata, “Kami jadikan negeri mereka sebagai Tanah Haram yaitu tempat yang diharamkan melakukan perkara-perkara yang sekiranya dilakukan di tempat lain hukumnya tidak haram.” Tanah Haram Makkah mempunyai beberapa keistimewaan hukum antaranya adalah:
- Seseorang tidak patut memasuki kawasan ini melainkan dengan berniat ihram. Ia adalah sunah menurut pendapat ulama Syafi’i dan wajib menurut pendapat yang lain.
- Binatang di sini haram diburu, baik oleh mereka yang berihram atau yang tidak berihram kecuali binatang tersebut adalah binatang yang membahayakan dan biasanya menyerang manusia. Sekiranya binatang buruan dibunuh, wajib dibayar ganti.
- Setiap tumbuhan yang masih hidup dan tumbuh sendiri dan bukan ditanam manusia dalam kawasan Tanah Haram ini adalah haram dipotong. Sekiranya pemotongan dilakukan, wajib dibayar gantinya.
- Tanah serta anak batu dari kawasan tanah haram tidak dibenarkan untuk dibawa keluar.
- Menurut pendapat jumhur ulama, orang kafir tidak dibenarkan memasuki Tanah Haram, baik menetap ataupun hanya lewat saja.
- Suatu benda yang tercecer dan tidak diketahui pemiliknya di Makkah atau Tanah Haram, haram diambil untuk dimiliki. Ia halal diambil oleh orang yang hendak mengumumkannya saha. Ini berbeda dari barang yang tertinggal di tempat lain.
- Mereka yang melakukan pembunuhan di Tanah Haram dikenakan diyat yang lebih berat. Haram mengebumikan orang musyrik di Tanah Haram juga menggali kuburnya.
Sumber: Kamus Al Qur’an, PTS Islamika SDN. BHD.Hal:185-186
Dibagikan menggunakan
https://play.google.com/store/apps/details?id=xyz.muslim.dev.alquranperkatadantafsir
