AGAMA

Kedudukan Zakat Dalam Islam

Zakat adalah salah satu rukun Islam dan termasuk salah satu di antara fardhu-fardhuNya.

Daripada Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Islam ditegakkan di atas lima (perkara): (pertama) bersaksi bahzwa tiada AIlah (yang patut diibadahi) kecuali Allah dan bahawa Muhammad adalah Rasul utusan Allah, (kedua) menegakkan shalat, (ketiga) mengeluarkan zakat, (keempat) menunaikan ibadah haji, dan (kelima) melaksanakan shiyam (puasa) Ramadan.” (Muttafaqun’alaih: Muslim I : 45 no:16-20 dan lafadz ini baginya, Fathul Bari I: 49 no: 8, Tirmidzi IV: 119 no: 2736 dan Nasa’i VIII: 107).

Di dalam al-Qur’an, kata zakat diiringi oleh kata shalat dalam delapan puluh dua ayat.

Dorongan Agar Menunaikan Zakat
Allah s.w.t berfirman, “Ambillah zakat dari sebahagian harta mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (At-Taubah: 103)

Dan Allah s.a.w berfirman, “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keredhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (Ar-Ruum:39).

Daripada Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang bersedekah sesuatu senilai harga satu tamar (kurma kering) daripada hasil usaha yang halal, dan Allah tidak akan menerima kecuali yang halal, maka Allah menerimanya dengan tangan kananNya, kemudian Dia memeliharanya untuk pelakunya sebagaimana seorang antara kamu memelihara anak kandungnya sampai seperti gunung.” (Muttafaqun’alaih: Fathul Bari III:278 no: 1410 dan lafadz ini baginya, Muslim II : 702 no: 1014, Tirmidzi II: 85 no: 656 dan Nasa’i  V:57).

Ancaman Bagi Orang Yang Tidak Mengeluarkan Zakat
Allah SWT berfirman, “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka daripada karuniaNya menyangka, bahawa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan adalah buruk bagi mereka, kelak harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernyapada hari kiamat. Dan kepunyaan Allah segala (warisan) yang ada di langit dan di bumi. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Ali’Imran : 180).

Daripada Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw. bersabada, “Barang siapa yang diberi harta oleh Allah, lalu tidak menunaikan zakatnya, maka pada hari kiamat kelak hartanya itu dibentuk seperti ular, iaitu dijadikan ular yang botak kepalanya berumur panjang, memiliki dua buah taring di rahangnya. Ular besar itu dikalungkan di lehernya lalu mematuk kedua pipinya dan kedua rahangnya terus-menerus. Kemudian ular itu berkata, “Saya adalah simpananmu dan saya adalah hartamu dahulu (yang tidak kamu keluarkan zakatnya). “Kemudian Beliau membaca ayat, “WALAA YAHSABANNAL LADZIINA YABKHALUUNA BIMAA AATAAHUMULLAHU MIN FADHLIH (sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunianya, menyangka…)” (Shahih: Shahih Nasa’i no: 2327, dan Fathul Bari III: 2327 dan Fathul Bari III : 268 no:140

Allah s.w.t berfirman, “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat), siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka, (lalu dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (At-Taubah: 34-35).

Daripada Abu Hurairah r.a. bahawa Rasulullah saw. bersabda, “Setiap pemilik emas dan perak yang tidak mengeluarkan zakatnya, pasti bila hari kiamat akan dibentangkanlah untuknya papan (lempengan-lempengan) daripada api, lalu dipanaskan di neraka jahanam, lantas lambung, kening dan punggungnya disetrika dengannya. Setiap kali dingin, disetrika lagi (begitu seterusnya). Pada (masa) di mana mana matahari sama dengan 50 ribu tahun (lamanya). Hingga diputuskan (ketetapan) di antara hamba-hamba, sehingga akan ditampakkan jalannya. Mungkin ke syurga dan mungkin (juga) ke neraka.” Ada yang bertanya, “Ya Rasulullah, lalu bagaimana dengan zakat unta?” Jawab Baginda s.a.w., “Dan begitu ada pemilik unta yang tidak menunaikan haknya. Dan, antara haknya ialah perah susunya pada hari ketika susunya penuh pasti bila hari kiamat tiba lemparlah tanah dataran rendah untuk gerombolan unta yang tidak dikeluarkan zakatnya itu. Gerombolan besar unta itu hadir (di kawasan yang sudah tersiapkan), di satu kelompok pun daripada gerombolan besar unta yang absen, merka menginjak-injak pemiliknya dengan tapak kakinya dan menggigitnya dengan mulutnya. Setiap kelompok pertama selesai melaluinya, dilanjutkan dengan kelompok selanjutnya dan begitulah seterusnya), pada (masa) yang satu hari sama dengan lima puluh ribu tahun. Hingga diputuskan (ketetapan) diantara hamba-hamba, sehingga dilihatlah jalannya; mungkin ke surga dan mungkin (juga) ke neraka,” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 5729, Muslim II:680 no: 987, dan ‘Aunul Ma’bud V: 75 no: 1642).

Hukum Orang Yang Mencegah Membayar Zakat
Dalam Fiqhus Sunnah I: 281, Syaikh Sayyid Sabiq menulis, “Zakat adalah salah satu amalan fardhu yang telah disepakati ummat Islam dan sudah sangat terkenal sehingga termasuk dharurriyatud din (pengetahuan yang pokok dalam agama), yang mana andaikata ada seseorang mengingkari wajibnya zakat, maka dinyatakan keluar dari Islam dan harus dibunuh kerana kafir. Kecuali jika hal itu terjadi pada seseorang yang baru masuk Islam, maka dimaafkan karena belum mengerti hukum-hukum Islam.”

Masih menurut Sayyid Sabiq, “Ada pun orang yang enggan membayar zakat, namun meyakininya sebagai kewajiban, maka ia hanya berdosa besar kerana enggan membayarnya, tidak sampai keluar daripada Islam.

Dan, penguasa yang sah berwenang memungut zakat tersebut darinya dengan paksa”. Dalam hal ini penguasa berhak  menyita separuh harta kekayaannya sebagai sangsi baginya, hal ini berdasar pada hadit dari Bahz bin Hakim dari bapaknya dari datuknya r.a. ia berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda, “Pada setiap unta yang digembalakan ada zakatnya, setiap 40 ekor (zakatnya) adalah seekor anak unta betina yang selesai menyusu; unta tidak dipisahkan dari perhitungannya; barang siapa yang membayar zakat itu untuk memperoleh pahala, maka ia pasti akan mendapat pahala itu, tetapi orang yang tidak membayarnya kami akan memungut zakat itu beserta separuh kekayaannya. Ini merupakan salah satu ketentuan tegas dari Rabb kita, yang mana bagi keluarga Muhammad tidak halal menerimanya sedikitpun.” (Hasan : Shahihul Jami’us Shaghir no: 4265, ‘Aunul Ma’bud IV:452 no:1560, Nasa’i V:25, al-Fathur Rabbani VIII:217 no:28).

Jika ada suatu kaum yang mahu mengeluarkannya, namun mereka tetap meyakini akan kewajiban mengeluarkan zakat, dan mereka memiliki kekuatan dan pertahanan, maka mereka harus diperangi kerana sikapnya hingga sadar membayarnya. Kerana ada hadits Nabi saw. yang mengatakan, “Saya diperintahkan untuk memerangi mereka, kecuali bila mereka sudah mengikrarkan syahadat bahwa tiada Ilah (yang patut diibadahi) selain Allah dan Muhammad adalah Rasul utusan-Nya, menegakkan shalat, dan membayar zakat. Bila mereka sudah melaksanakan hal itu, maka darah mereka dan harta kekayaan mereka memperoleh perlindungan daripada saya, kecuali oleh kerzna hak-hak Islam lain, yang dalam hal ini perhitungannya diserahkan kepada Allah.” (Muttafaqun’alaih : Fathul Bari I: 75 no: 25, dan ini lafadnya, Muslim I:53 no:22).

Daripada Abu Hurairah r.a. ia bercerita, “Tatkala Rasulullah s.a;w. wafat, maka yang terpilih menjadi khalifah adalah Abu Bakar, dan telah kufur (murtad) orang yang kufur (murtad) dari sebahagian oran-orang Arab, maka Umar berkata (kepada Abu Bakar,pent), “Bagaimana engkau berani memerangi orang-orang itu, sedangkan Rasulullah s.a,w. telah menegaskan, “Tiadalah (yang patut diibadahi), kecuali Allah? Barang siapa yang sudah mengikrarkannya, maka dia telah memelihara darah dan kekayaannya dari saya, kecuali dengan haknya, sedangkan perhitungan terhadap mereka diserahkan sepenuhnya kepada Allah?”  Ia (Abu Bakar) menjawab “Wallahi, saya akan memerangi siapa saja yang membeza-bezakan antara zakat dan solat, kerana zakat adalah kewajiban dalam harta.

Wallahi, andai kata mereka tidak mahu lagi memberikan seekor anak kambing yang dahulunya mereka berikan kepada Rasulullah, maka pasti saya memerangi oleh kerana itu, “Jawab Umar, “Wallahi, tidak lain kecuali hati Abu Bakar betul-betul sudah dilapangkan oleh Allah untuk perang tersebut, maka saya pun tahu bahawa dialah yang benar!” (Shahih: Fathul Bari III: 626 no: 1933-1400, Muslim I:51 no:20, ‘Aunul Ma’bud IV: 414 no: 1541, dan Nasa’i V:14 dan Tirmidzi IV:117 no:2734).

 

 


Related posts

Apakah Hukumnya Mengunyah 40 Kali dan Menjilat Jari Selepas Makan?

adminwm

Fitnah Zaman Siber

admin

Puasa Sunat 6 Syawal

adminwm

Leave a Comment