Cinta kepada Allah adalah cinta yang hakiki dan setiap insan muslim pada dasarnya harus mencintai Sang Maha Cinta. Kerana ketika seorang muslim mencintai Allah, maka ia akan mendapat perlindungan dan pengampunan dariNya.
Al Baqarah ayat 166. Ertinya, ‘Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang’. Al Baqarah ayat 176, Ertinya ‘Orang yang beriman lebih kuat cintanya kepada Allah’. Al Imran ayat 32, Ertinya ‘Katakan jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah Aku, nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa dosamu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang’. Surah Maryam ayat 96, Ertinya, “Sesunggunya orang yang beriman dan beramal soleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanam dalam hati mereka rasa kasih sayang’. Ar Rad ayat 28, Ertinya, ‘Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingati Allah selalu. Allah lah meletakkan hati yang tenteram’.
Mengenai cinta dalam Al-Quran, Al-Quran mengarahkan kita untuk mencintai segala sesuatu yang tidak disukai hawa nafsu dan menghindari daripada sesuatu yang tidak bermanfaat.
Sesungguhnya cinta kepada Allah itu bukan hanya pengakuan mulut bukan pula khayalan dalam angan-angan saja. Tetapi harus disertai sikap mengikuti Rasŭlullah saw, melaksanakan petunjuknya, dan melaksanakan manhajNya dalam kehidupan. Imam Ibnu Katsîr menafsirkan ayat 31 mengatakan ayat yang mulia ini menghukum atas setiap orang yang mengaku cinta kepada Allah, tetapi dia tidak mengikuti jalan hidup yang diajarkan Nabi Muhammad saw. Maka orang yang seperti itu adalah berdusta, sehingga ia mengikuti syarîat Nabi Muhammad saw dan agama yang dibawanya dalam semua perkataan dan perbuatannya, sebagaimana yang disebutkan dalam as Shahih dari Rasŭlullah saw.
Daripada Ăisyah ra. berkata bahawasanya Rasŭlullah saw bersabda: ‘Barang siapa yang melakukan suatu perbuatan yang tiada perintah kami atasnya maka amal itu ditolak (H.R. Muslim). Jika kamu menyelisihi perintahNya, ia menunjukkan bahawa menyelisihi Allah (dan Rasŭl-Nya) dalam menempuh jalan hidup adalah kufur. Allah tidak menyukai orang yang bersifat demikian, meskipun dia mengaku dan menyatakan dirinya cinta kepada Allah.
Ibnu Katsîr menyebut bahawa orang yang mengaku cinta kepada Allah, tetapi tidak mengikuti jalan hidup yang diajarkan Nabi Muhammad saw itu dikatakan berdusta, dan daripada perkataan yang mengatakan kufur, daripada kedua kata dusta dan kufur ini maksudnya adalah sama, iaitu orang yang mengatakan dirinya cinta kepada Allah swt. akan tetapi dia tidak mengikuti syariat yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Amatlah rugi mereka ini. Allah swt berfirman dalam surat Hŭd ayat 116:
dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.
Al-Qur‟an mengarahkan kita untuk mencintai segala sesuatu yang tidak disukai hawa nafsu dan menghindari daripada sesuatu yang memperbudaknya. “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.Taatilah Allah dan RasulNya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.